« »

Visit Indonesia Yeah

Tahun 2008 telah diresmikan sebagai Visit Indonesia Year oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik sehari setelah Hari Raya Natal lalu, tepatnya Rabu 26 Desember 2007. Belum dengar? Wah, kalo kamu saja yang di Indonesia belum tahu, apalagi calon turis di Bulgaria ya?. Trus, dah tau gak kalo tulisan di logonya "celebrating 100 years of nation's awakening" itu ada kurang 2 huruf yaitu "al". Karena maksudnya bukan 100 tahun kebangkitan bangsa tetapi 100 tahun kebangkitan nasional, seperti yang diutarakan Jero Wacik "Kita juga mencari momen yang tepat, tahun 2008 adalah 100 tahun kebangkitan nasional".....
.
Anyway, karena Visit Indonesia Year 2008 sudah keduluan oleh tetangga-tetangga kita di tahun lalu, maka tentunya kita harus lebih kreatif lagi "menjual" Indonesia. Tetangga kita lainnya yang lebih kecil, malah sudah lebih lama menggoda para turis dari berbagai belahan dunia untuk mampir ke negeri itu, sekedar mencicipi "kepiting saos pedas" dan belanja barang elektronik harga diskon. Kalo kita perhatikan, kita tentu maklum kalau tahun 2007 lalu dicanangkan oleh negeri tetangga kita sebagai tahun kunjungan wisata mereka. Saking semangatnya menggosok event ini (hehehe), sampai lagu daerah dari Indonesia-pun tanpa malu digunakan sebagai soundtrack iklan wisata mereka. Tapi sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. Maafkan tapi jangan dilupakan, agar kita bisa lebih antisipasif di masa mendatang.
.
Logo Visit Indonesia Year ini keren juga. Konsep Logo tersebut:
1) Bentuk Logo akan mengambil konsep Garuda Pancasila sebagai dasar Negara, tetapi dengan pengolahan yang modern.
2) 5 sila akan digambarkan berupa 5 Garis Warna yang berbeda dan merupakan simbol diversity Indonesia yang penuh dengan keanekaragaman.
3) Logo akan diolah menjadi bentuk dan warna yang dinamis sebagai perwujudan dari Dinamika Indonesia yang sedang berkembang.
4) Jenis Huruf dari Logo akan mengambil dari elemen otentik Indonesia yang disempurnakan dengan sentuhan modern.
.
Sedangkan event yang sudah disiapkan ada 100 event sesuai 100 tahun kebangkitan nasional. "Kita telah menyiapkan lebih dari 100 even di seluruh Indonesia untuk menyambut kedatangan wisman (wisatawan mancanegara)," begitu kata Menbudpar sesaat sebelum menabuh beduk tanda diresmikannya VIY 2008.
.
Tagline pariwisata yang digunakan, katanya lagi, adalah tetap "Ultimate in Diversity" yang mungkin bisa diterjemahkan menjadi "Keragaman Luar Biasa". Bahkan orang-orang yang berbahasa Inggris dengan baik pun sebetulnya tidak mudah memahami makna slogan pendek di atas. Bagaimana dengan Anda? Atau, mungkin Anda malah belum pernah mendengar slogan itu sebelumnya? Slogan itu bukanlah pernyataan politik - sekalipun terasa sekali adanya kesan politik itu. Slogan itu merupakan kalimat resmi yang dipakai dalam upaya mengemas atau branding pariwisata Indonesia.
.
Tapi, keragaman apa yang bisa jadi magnet wisata di Indonesia. Kearagaman kekayaan alam? Wah, hutan kita sudah terlanjur jadi kebun sawit dan laut kita ombaknya lagi seram. Keragaman seni? Jangan-jangan kita harus gigit jari karena dari wayang, musik, batik sampai tarian rimba sudah diaku-aku sebagai "khas tetangga". Keragaman kuliner? Nah, di sini masih ada harapan. Rujak cingur, sate lilit, bulung boni, daging se-i, plie' u, lempah nanas, paniki, sambel gandaria, kupat tahu, sroto, bir pletok, dan masih banyak lagi. Ini semua bisa sangat menarik dan agak susah buat orang lain "mengaku-ngaku" sebagai milik mereka.
.
Kekayaan kuliner kita tampaknya menarik untuk ditampilkan pada poster dan klip iklan Visit Indonesia 2008 , selain gambaran klasik orang berjemur di pantai, tari-tarian berbaju daerah, wisatawan blusukan ke hutan, dan gemerlapnya belonjo-belonjo. Hehehe.
.
Coba bayangkan poster di dinding sebuah travel agent di Ontario yang menggambarkan sepasang turis Kanada menikmati Gudeg Ceker Bu Kasno di Margoyudan Solo sambil memakai piyama pada jam 2 pagi. Disertai tulisan "Indonesia, Ultimate in Diversity: Good food from dusk till dawn... yeah!!"
.
Promosi kunjungan wisata ke Indonesia juga bisa lewat berbagai macam media, dengan prioritas media manca negara seperti CNN, Discovery Channel, National Geographic, dan media2 makanan/masakan luar negeri. Dan semoga dengan slogan itu kita bisa cepat mencapai target 7 juta wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia.
.
Tujuh juta? Ya, targetnya memang tidak muluk. Maklum, Indonesia terganjal banyak hal untuk memajukan pariwisatanya. Pertama, travel advisory yang diterbitkan berbagai pemerintah kepada warganegara mereka yang berniat plesiran ke mancanegara. Kedua, ealaaah, kok EU juga ikut-ikutan memboikot maskapai penerbangan kita, ya?
.
Sudah dua tahun ini "penghasilan" wisatawan mancanegara ke Indonesia hanya berkutat di angka 6 juta per tahun. Museum Louvre di Paris mencatat 7 juta kunjungan setiap tahun. British Museum memanen 5 juta. Sedang Disneyland menjaring 14 juta. Artinya, mematok target pada angka 7 juta bukanlah berlebihan. Persoalannya: apa yang berbeda yang akan ditawarkan Indonesia untuk meraih target itu? Tanpa perubahan, bagaimana kita berharap wisman akan datang dengan sendirinya?
.
Di salah satu channel Indovision pernah saya tonton, di Sarawak Cultural Villave di Kuching, Malaysia, ada pentas setengah jam yang padat mengedepankan budaya Dayak dalam kemasan nan elok. Pada akhir pertunjukan, para penari dalam berbagai kostum Dayak, menari sambil menyanyikan "Malaysia Truly Asia". Liriknya bagus. Musiknya cantik.
.
Bukan hanya lagu slogan itu yang istimewa! Bayangkan, Dayak kan cuma "tamu" di Sarawak. Kok kita tidak melihat "tontonan" yang lebih bagus tentang ke-Dayak-an di Pontianak? Kok malah di negeri jiran?
.
Kuching yang di tengah hutan dan begitu jauh dari mana-mana kok bisa menjadi tujuan wisata yang elok? Kita belum bicara tentang Malacca, Penang, Pulau Langkawi, Pulau Tioman, Pulau Redang, dan lain-lain. Semuanya itu telah dipoles cantik untuk memeriahkan Visit Malaysia Year 2007. Padahal, tidak satupun dari tujuan wisata Malaysia itu yang dapat mengalahkan Bali. Harus diakui, Indonesia mempunyai aset pariwisata yang jauh mengungguli Malaysa. Tetapi, apakah kita sudah mengemasnya dengan baik?
.
Selain Malaysia, saya baca juga bahwa negara tetangga yang terdekat - Singapura - pun kini sedang mengemas strategi pariwisata. Penghasilan utama Singapura sebelumnya adalah perdagangan. Kemajuan pesat yang dialami Singapura kemudian juga mengimbas bangkitnya sektor jasa layanan keuangan di negara pulau ini. Kini, Singapura sebagai hub terpenting di Asia ingin juga merebut porsi pariwisata.
.
Tidak tanggung-tanggung! Pemerintah Singapura yang selama ini terkesan puritan, sekarang telah mendapat persetujuan Parlemen untuk membangun resor wisata judi. Tanahnya sudah direklamasi. Ratusan keran konstruksi kini sudah menjulang di atas tanah itu. Di dekatnya, sebuah ferris wheel (komidi putar) yang akan menjadi terbesar di dunia sedang pula dibangun. Dua tahun lagi, Indonesia akan semakin terkepung di antara negara-negara yang punya atraksi wisata luar biasa, yaitu Thailand, Malaysia, dan Singapura. Tanpa strategi yang jelas dan bold, kita mungkin hanya akan kebagian remah-remah dari dolar wisata yang mengalir deras ke tiga negara tersebut.
.
Bangkitnya pariwisata Singapura patut diwaspadai negara-negara tetangganya yang juga berkompetisi untuk merebut wisatawan dari pool yang sama. Singapura memiliki budaya pelayanan dan budaya wisata yang lebih unggul dibanding Malaysia dan Thailand. Sekalipun orang Thai lebih luwes dalam melayani, tetapi mereka kalah dalam penguasaan bahasa Inggris, sehingga membuat layanan itu kurang efektif.
.
Kalau kita bandingkan sistem dan operasional taksi di negara-negara di kawasan ini, nyata sekali taksi Singapura menduduki peringkat paling atas. Pernahkah Anda ditipu supir taksi Singapura? Pernahkah supir taksi Singapura minta maaf karena tidak punya uang receh untuk kembalian? Seperti yang saya alami saat menggunakan taxi di Singapura dan Hong Kong, rasanya kita aman walau kita naik taxi tengah malam. Dan Supir taxi itu selalu saja ada uang receh kembalian. Saya ga tau mereka bawa seberapa banyak uang recehnya.
.
Di negara mana Anda naik taksi dengan perasaan aman dan nyaman? Kalau Anda sebagai warga negara Indonesia saja selalu punya rasa waswas bila naik taksi yang warnanya "salah", bagaimana pula dengan wisman yang tidak bisa memahami bahasa Indonesia pengemudi taksi kita? Herannya lagi, kebanyakan pengemudi taksi malah cengengesan melucu melihat penumpangnya kebingungan karena tidak mampu berkomunikasi. Oleh karena itu, salah satu slogan yang sempat ramai didiskusikan adalah: Indonesia, Dangerously Beautiful! Hehehe.
.
Yang gak kalah penting, strategi pariwisata Indonesia harus dimulai dengan membangun budaya pariwisata. Ini memerlukan upaya khusus yang berskala nasional. Misalnya, bagaimana mendidik para pekerja di sektor pariwisata Bali untuk tidak hanya bersikap ramah terhadap para wisman, melainkan juga kepada wisnus (wisatawan nusantara).
.
Contoh yang lain adalah mendidik bangsa kita secara umum agar bersikap ramah terhadap semua orang - termasuk para wisman. Saya pernah lihat dua pemuda penjual rokok di Jalan Jaksa yang mengganggu terhadap wisman perempuan. Bagaimana para wisman akan berkata baik tentang Indonesia bila mereka selalu mendapat harrassment ke mana pun mereka pergi?
.
.
Strategi pariwisata yang juga tidak kalah penting bagi Indonesia adalah membuang jauh-jauh unsur politik. Misalnya, isu kedaerahan harus diterima secara legowo. Strategi pariwisata tidak mungkin fair terhadap 33 provinsi yang ada. Jangan memaksakan para wisman untuk berkunjung ke 33 provinsi Indonesia. Juga jangan berusaha mewajibkan masuknya menu unggulan dari 33 provinsi karena pasti akan menjadi "gado-gado" yang tidak padu-padan.
.
Situs-situs Visit Indonesia Year 2008 :
- http://my-indonesia.info/
- http://www.budpar.go.id
- http://www.youtube.com/watch?v=-RVO4Wvt_Xk
.
.
So, wherever you read this blog, this year Visit Indonesia Yeah.. Where the food is magnaeous.. (baca: mak nyuss..). Hehehe.
.
Sumber : Appetite Journey, Suara Pembaruan, Budpar, Media Indonesia, dll
.

by Sahat Parlindungan Simarmata - www.sahatsimarmata.com
.
Cetak halaman ini (Print this page) ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu (Guestbook) :